Fundamental Kuat dan Solid, Mitratel Bukukan Pendapatan Rp 3,72 Triliun dan Laba Bersih Meroket 27,2%
JAKARTA – PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk “MTEL” berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3,72 triliun pada semester I-2022, meningkat 15,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan pendapatan ini turut memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan laba bersih perusahaan pada periode sama sebesar 27,2% menjadi Rp 892 miliar.
“Pada semester I 2022 ini, kami telah meletakkan fundamental yang kuat dan solid pasca-IPO untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan. Hal ini didorong oleh strategi pertumbuhan organik, memperkuat pendapatan dari tower-related business, inovasi produk dan efisiensi biaya” jelas Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko yang biasa dipanggil Teddy Hartoko melalui siaran persnya, di Jakarta, Kamis (28/7).
Lebih lanjut Teddy memaparkan, marjin EBITDA dan marjin laba bersih dalam semester pertama tahun ini masing-masing tercatat meningkat menjadi 77,5% dan 23,9%. Kontributor utama dari peningkatan laba ini diakibatkan oleh marjin EBITDA dari portfolio penyewaan Menara yang bertumbuh menjadi 85,2%, dimana hal ini sudah menunjukkan setara dengan industri. Pencapaian ini berhasil dilakukan berkat efisiensi biaya dan lebih selektif dalam meraih pendapatan dari tower-related business dengan marjin yang lebih tinggi untuk profitabilitas yang lebih tinggi dari industri.
Selama semester I-2022, mayoritas kontribusi pendapatan berasal dari pendapatan sewa menara yang mengalami pertumbuhan sebesar 13,5%, dari Rp 2,93 triliun menjadi Rp 3,33 triliun. Kontribusi lainnya berasal dari tower-related business yang meningkat 35,4% menjadi Rp 399 miliar.
Jumlah menara yang dimiliki Mitratel tercatat sebanyak 28.787 atau bertambah 5.555 menara atau 23,9% dari semester I-2021. Jumlah tenant meningkat 20,3%, dari 36.507 pada menjadi 43.900 tenant.
Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp 55,06 triliun dengan ekuitas sebesar Rp 33,49 triliun. Total liabilitas pada semester I-2022 mengalami penurunan sebesar 10,4% menjadi Rp 21,56 triliun seiring pembayaran utang pinjaman jangka panjang senilai Rp 5,1 triliun, termasuk pembayaran lebih awal utang jangka panjang sebesar Rp 4,3 triliun dengan menggunakan kelebihan kas dari aktivitas operasi dan melakukan pendanaan kembali pinjaman dengan tingkat bunga yang lebih rendah.
Mitratel merupakan perusahaan menara telekomunikasi dengan pertumbuhan menara dan pelanggan terbesar selama periode 2017-2021 dibandingkan para kompetitornya. Selain itu Mitratel memiliki pelanggan jangkar terbesar yaitu Telkomsel yang merupakan operator seluler terbesar dengan kredit rating terbaik, hal ini juga menjadi peluang yang sangat baik untuk operator telekomunikasi dan tenant non operator dalam memperluas jangkauan layanannya termasuk Bisnis penunjang lainnya. Kemudian Mitratel tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing mengingat seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah. Rasio utang terhadap ekuitas dan rasio utang bersih terhadap EBITDA juga relatif terkendali masing-masing pada level 44,3% dan -0,4x. “Kami akan terus memastikan menjadi perusahaan menara telekomunikasi unggul dengan pertumbuhan terbesar baik dari sisi kinerja operasional maupun keuangan melalui agresivitas kegiatan organik, inorganik dan pengembangan bisnis lainnya menuju Digital Infrastructure Company”.
Ke depan, beberapa langkah strategis akan terus dilakukan Mitratel antara lain mempertahankan posisi kepemimpinan pasar, memperkuat portofolio bisnis baru, mempercepat pertumbuhan inorganik dengan target 6.000 menara pada tahun ini, meningkatkan profitabilitas dan arus kas melalui efisiensi biaya.
“Kami menargetkan margin EBITDA lebih dari 80% dalam jangka menengah melalui serangkaian program yang memberikan kemudahan bagi para operator telekomunikasi di Indonesia untuk meningkatkan dan memperluas jangkauannya melalui kolokasi di menara-menara Mitratel. Kami telah menyiapkan solusi terlengkap untuk seluruh operator telekomunikasi dengan skema Bisnis menarik yaitu memberikan bundling solution berupa menara, konektivitas dan power. Konektivitas yang diberikan berupa akses fiber (dark fiber, capacity leased dan hybrid) dan akses non fiber (satelit). Inilah keunggulan Mitratel yang memberikan kemudahan kepada seluruh operator untuk mengembangkan jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia khususnya diluar Jawa,” jelas Teddy.
Laba Bersih Mitratel Diprediksi Tembus Rp 1,3 T Selama Tahun Ini
Laba bersih PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel diperkirakan meningkat di tahun ini. Hal ini seiring dengan kinerja emiten menara yang cakupannya semakin luas di luar Pulau Jawa dan hubungannya yang erat dengan Telkomsel.
Niko Margaronis, Analis BRI Danareksa Sekuritas mengemukakan, dua faktor itu akan menjadi kekuatan Mitratel untuk mencetak kinerja perusahaan yang makin baik di tahun ini.
Dia memproyeksikan, pendapatan Mitratel tahun ini bisa mencapai Rp 6,8 triliun atau tumbuh 10 persen dari tahun 2020. Sedangkan laba bersihnya diperkirakan akan melesat 116,4 persen year on year (yoy) ke Rp 1,3 triliun. Bahkan di tahun depan, revenue dan laba bersih perseroan ditaksir akan mencapai Rp 7,8 triliun dan Rp 1,78 triliun.
Mitratel tercatat punya lebih dari 28.030 unit menara saat ini dengan 42.016 penyewaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 57 persen dari total menara tersebut terletak di luar pulau Jawa.
“Mungkin sebelumnya, captive market Mitratel di luar Pulau Jawa hanya Telkomsel karena 10 tahun lalu wilayah ini belum menarik bagi operator lainnya. Tetapi sejak 2018, XL sudah mengumumkan mulai ekspansi ke luar Jawa. Sehingga Mitratel akan semakin menarik karena rasio kolokasinya akan naik ke depan,” jelas Niko dalam keterangannya, Kamis (23/12).
Peningkatan kolokasi tersebut, lanjut Niko, terutama akan terjadi di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Dengan demikian, keuntungan Mitratel akan semakin bertambah karena perseroan sudah memiliki menara di tiga pulau ini.
Sementara itu, Telkomsel tercatat telah mengalihkan 10.050 menara telekomunikasi miliknya ke Mitratel. Operator telekomunikasi nomor wahid di Indonesia ini masih memiliki ribuan menara lagi yang berpeluang dilepas ke Mitratel.
Menurut Niko, faktor ini akan membuat Mitratel semakin menarik karena sebelumnya menara-menara tersebut bersifat single tenant atau hanya bisa dipakai Telkomsel. Namun, dengan diakuisisi Mitratel maka sudah bisa dipasarkan untuk digunakan operator lainnya.
“Ini tentu akan membawa untung besar bagi Mitratel,” ujarnya.
Hingga kuartal III 2021, Danareksa Sekuritas memperkirakan pendapatan Mitratel akan tumbuh sekitar 2-3 persen dibanding kuartal sebelumnya. Proyeksi ini didasarkan pada laporan Telkom Group yang mencatatkan peningkatan pendapatan menara dari eksternal sebesar dua digit secara tahunan dan naik sekitar 2 persen dibanding kuartal II.
Menurut Niko, pertumbuhan pastinya kemungkinan bisa lebih tinggi karena belum ada data pendapatan Mitratel yang bersumber dari Telkomsel. Perkiraannya, revenue yang didapat dari Telkomsel akan naik lebih besar lagi karena pendapatan dua kompetitor terbesarnya yakni Tower Bersama dan Sarana Nusantara Infrastruktur yang bersumber dari Telkomsel tidak naik signifikan.
Sedangkan laba bersihnya diperkirakan bisa tumbuh lebih tinggi yakni sekitar 5 persen. “Bottomline bisnis menara yang punya levarage rendah pasti kenaikan marginnya akan lebih tinggi,” katanya.
Senada, Mandiri Sekuritas juga memandang prospek pertumbuhan Mitratel sangat menarik mengingat tren konsolidasi di industri menara dan terus bertumbuhnya permintaan atas akses internet.
“Menara telekomunikasi saat ini merupakan salah satu infrastruktur utama dalam penyediaan akses internet nasional,” jelas Kresna Hutabarat, Analis Mandiri Sekuritas, terpisah.
Mandiri Sekuritas memperkirakan pendapatan perseroan hingga ujung tahun bisa mencapai Rp 6,71 triliun atau tumbuh 8,5 persen dari tahun lalu. Selain itu, EBITDA ditaksir naik 19,8 persen (yoy) jadi Rp 5 triliun dan laba bersihnya akan melesat 127,2 persen (yoy) ke Rp 1,36 triliun.
Sumber :
KumparanBisnis