JAKARTA PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) merayakan peringatan 20 tahun “melantai” di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Efek New York (NYSE) . Pada 14 November 1995, BUMN ini melakukan penawaran saham perdananya ke publik atau initial public offering (IPO). “Di Indonesia, Telkom bukan yang terbesar dalam market capitalization. Tapi langkah Telkom listing di bursa Indonesia dan New York itu sebagai langkah bagus. Saya kira, Telkom sebagai BUMN harus menjadi power house yang akan membawa ekonomi Indonesia lebih maju lagi ke depan,” kata Menkominfo Rudiantara usai menyaksikan kompetisi pembuatan aplikasi di 28 kota, Hackathon 2, di Gedung Multimedia, Telkom, Minggu (15/11).
Menurut Rudiantara, sebagai power house, kelakuan Telkom juga harus seperti power house juga. Telkom harus menjadi lokomotif penggerak ekonomi Indonesia ke depan. “Dari segi pembangunan, Telkom harus paling depan. Dari sisi kemasyarakatannya, Telkom harus kompetitif pula dalam hal harga jualnya ke masyarakat. Karena Telkom itu menjadi lokomotif yang akan menghela (BUMN) yang lain,” kata dia. Telkom saat ini telah memiliki market kapitalisasi sebesar Rp 300 triliun lebih. Setiap tahun, BUMN ini mengalokasikan belanja modal (capex) lebih dari Rp 20 triliun. Pada tahun depan, Telkom berencana mengalokasikan capex sebesar Rp 25 triliun dan dengan target pendapatan minimal sebesar Rp 100 triliun. Telkom kini memiliki 50 anak perusahaan sehingga sudah bisa digolongkan sebagai konglomerat.
Telkom selama ini terus berekspansi ke luar negeri, termasuk mengambil alih perusahaan di luar negeri, atau membentuk perusahaan patungan dengan perusahaan luar negeri. Barubaru ini, Telkom mengakuisisi perusahaan telekomunikasi di Guam, Amerika Serikat (AS), yakni AP Teleguam Holdings Inc. Sementara itu, Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga mengatakan, dengan mencatatkan saham di BEI dan NYSE itu mempunyai manfaat yang besar bagi kinerja Telkom. Oleh karena itu, dia berharap BUMN lainnya bisa mengikuti jejak perusahaan telekomunikasi tersebut. “Ini kami harap bisa menginspirasi perusahaanperusahaan lain untuk masuk bursa. Selain itu, ini juga bisa menarik minat orang untuk berinvestasi melalui bursa,” kata dia. Indonesia adalah negara yang paling rendah dalam hal orang berinvestasi melalui bursa. Mereka masih suka menaruh uangnya di bawah bantal. “Memang sampai saat ini belum ada perusahaan yang listing di NYSE, tapi paling tidak mereka bisa listing di BEI,” kata Alex.
Telkom saat ini memiliki 50 anak perusahaan, kata Alex, pihaknya juga berencana untuk membawa anak usahanya listing di bursa. “Sebagai perusahaan yang sudah konglomerat, itu sudah pasti. Telkom pasti akan membawa anak usahanya listing di bursa. Tapi perusahaan yang mana, dan kapan, saya belum bisa jawab,” kata dia. Ketika melakukan opening bell di BEI, belum lama ini, Alex mengaku, pihaknya telah mendapat banyak manfaat dari kehadirannya di pasar modal. “Telkom Indonesia sudah 20 tahun hadir di pasar modal. Kami telah dapat banyak manfaat. Intinya BEI memberikan kesempatan untuk perusahaan tumbuh berkembang. Semoga Telkom bisa menginspirasi BUMN lainnya untuk listed di BEI,” ujar Alex. Saham Telkom yang dicatat di NYSE dan LSE dalam bentuk American Depositary Share (ADS) melalui program American Depositary Receipt (ADR) dengan kustodian The Bank of New York Mellon. “IPO terbukti berdampak positif bagi perusahaan, investor dan negara,” ujar Alex.
Sementara itu, Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan, selain memberikan manfaat, hadirnya saham Telkom di bursa juga memberikan manfaat bagi para investor. Pasalnya Telkom merupakan perusahaan BUMN yang memiliki potensi cukup cerah. “Terima kasih atas kedatangannya ke BEI. Telkom ini sangat membanggakan, return keuntungan sudah mencapai 1.400% untuk masyarakat Indonesia (investor). Ini sangat membanggakan bagi Indonesia,” kata Tito.
(Investor Daily Indonesia, 16/11)